SEPARUH JIWA YANG HILANG
NatasyahAsviana IX A

By Redaktur 23 Jan 2019, 09:51:45 WIB Tulisan Siswa

SEPARUH JIWA YANG HILANG

(NatasyahAsviana IX A)

 

Baca Lainnya :

Ini adalah kisahku dari tingkat SMP yang sangat buruk. Saya keluar dari sekolah itu karena saya tidak ingin terjerumus oleh hal buruk di sekoah itu. Saya hanya mendapatkan kasih sayang ayah sehingga saya kurang dalam hal menyayangi sesuatu. Saya ditinggal ibu pada saat saya berusia 5 tahun. Nama saya adalah Frisca Oliviana,  biasa dipanggil Oliv. Sekarang saya berusia 13 tahun. Ayahku menyarankan untuk menimba ilmu di pesantren.

Lalu ayahku bercerita tentang masa kecil ibuku. “Anakku yang baik, apakah kau tahu masa kecil ibumu?,” kata Ayah. ”Masa kecil ibuku?,” tanyaku. Dulu ibumu ingin sekali pergi kepesantren. namun orang tuanya tidak mampu untuk biaya di pesantren. Hingga ibumu menyisakan uang sakunya untuk masuk kepesantren.Tetapi, orang tuanya menderita sakit parah dan tidak bisa membayar tagihannya.Akhirnya.Ibumu memberi uang yang sudah disisakannya dan sampai sekarang. Ibumu masih belum bisa masuk kepesantren yang diaimpikan.”, kata ayah dengan jelas.

“Sekarang apa yang kau pikirkan nak?   Seharusnyasekarang kau  pergi mencari ilmu kepesantren.’’, kata ayah lagi.Tanpa ku sadari ,aku pun meneteskan air mata.“Tapi yah…”, jawabku dengan nada manja.“Anakku, apa kau tidak ingin mengabulkan keinginan ibumu yang sudah dari dulu beliau impikan?’’, sahut Ayah. Dipesantren nanti, pasti kamu juga akan merasa sangat menyenangkan, Ayah mampu untuk mendaftarkan kamu nak..,. Aku akan senang, apabila aku dapat  memilih hal yang terbaik bagimu“, kata Ayah. “Tapi Yah, aku sudah ditingalkan oleh ibu sejak aku masih kecil dan sekarang aku tidak mau pergi meninggalkan Ayah.”,kataku manja dengan ku selingi tangisan. Ayah, hanya menyarankanmu nak,.”,kata Ayah dengan berjalan  pergi kekamar .Akupun tidur dan memikirkannya. Hingga keesokan harinya, aku mengatakan bahwa aku akan masuk kepesantren. Tiga hari lagi terhitung mulai sekarang  aku akan pergi kepesantren.

Burung telah berkicaumerdu. Cahaya mentari bersinar keluar. Mimpi dalam tidurku telahku usaikan, Akupun terbangun dengan semilir angin pagi yang menembus jendela kaca. Ini adalah hariku petamaku untuk pergi kepesantren. Aku sudah membereskan semua barangku kemarin malam dengan sedikit bantuan dari ayah semua barang barang ku sudah dapat diberangkatkan hari ini. Akupun  bergegas mandi dan bersiap untuk pergi kepesantren. Pertama-tama, yang aku lakukan sesampainya disana adalah berkeliling disekitar ,lingkungan pesantren. Disana aku juga dihormati oleh teman –teman ,kakak kelas dan semua orang yang ada disekitar kamar baru ku. Disana aku telah dikenalkan dengan banyak teman dan akhirnya akupun mempunyai sahabat yang baik. Bunga, Nasya, Vina, Rany, danRinda namanya.

Hari Pertama di pesantren, Aku tidak pernah mengeluh apapun. Hanya saja aku mengeluh tentang bagaimana aku bisa berubah menjadi lebih baik lagi setelah mengenal linkungan pondok pesantren?. Setelah dipikiranku muncul pertanyaan seperti  Itu . Beruntung disana aku bertemu Bunga yang sedang bercerita tentang kisah santri dengan Vina sahabantnya. “ingatlah satu hal Vina, Orang nyantri hanyalah orang yang terpilihsaja.’’kata Bintang menyakinkan Vina., Sahabatku Vina adalah  orang yang bisa dibilang pintar dalam membereskan barang barang yang tidak tertata. Aku meniru semua dari Vina untuk membereskan barang dengan mudah. Rinda adalah seorang teman yang sangat baik hati dan dermawan .Ranya adalah teman yang selalu memberiku jalan yang terbaik. dan temanku Nasya, Dia adalah orang yang selalu memberi motivasi kepada sahabatnya.

Semua sahabatku dia sudah banyak  memberikanku banyak hal kepadaku. Hinga sekarang aku bisa belajar menjadi   orang yang yang lebih baik lagi . Aku sangat berbeda sekali dengan sahabat sahabatku. Sahabatku yang lain sudah banyak memberiku pejaraan dalam hidup. Sedangkan, aku disini hanyamemberi yang Dia perlukan saja. Tapi, aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Karena mereka dapat menerima kekurang kekurang yang ada dalam diriku dan mereka juga yang sudah berusaha untuk  merubaku menjadi anak yang lebih baik lagi .Setiap waktu ku di pesantren selalu aku jalani dengan kerja keras dan iklas dan juga disertai dengan semangat yang diberikan oleh sahabat sahabat ku. Tidak lupa juga,   disetiap waktu luang aku selalu  menghabiskan semua detik yang berlalu bersama mereka. Tawa, canda, cerita, susah,  duka, kulakukan dengan mereka. Hingga aku ingat perkataan ayah. Bahwa dipesantren itu lebihbaik daripada sekolahku yang duluku kududuki. Aku sangat berterima kasih kepada Ayah, karena telah memilih hal yang terbaik untukku jalani. .Namun pada,suatuhari….

Ada seorang temanku yang mencuri barang kesayangan sahabatku Rany. Barang yang dicuri oleh temanku adalah kalung pemberian Neneknya. Hal itu adalah kenangan terakhir dari Neneknya.Walaupun kalung itu hanya berupa rajutan benang yang dibuat oleh tangan. Neneknya yang sangat ia sayangi sejak masa kecilnya. Sejak kehilangan kalung itu, Rany menjadi berubah. Dia sering marah dengan satu kalimat saja. Hingga aku dan Bunga merayu dia agar ikhlas atas kehilangan kalungnya. Namun….

“Apa yang kau lakukan Bunga, Kau pasti yang mencuri kalungku?.Kenapa dulu aku menerimamu menjadi sahabatku selama ini?”, kata amarah yang keluar dari bibir Rany.

Akhirnya, Bunga sangat marah dengan perkataan itu. Bungapun lari menuju ketaman belakang dan menangis.

“Apa yang kau katakan Rany”, ujarku yang sangat kecewa kepada Rany. Nasya,Rinda,danVina segera mengikuti Bunga dan meninggalkan Rany yang sedang marah. Nasya, Rinda,Vina, dan Aku juga sangat kesal dengan perbuatan Rany.

“Apasih yang dipikirkan Rani”, ujar Rinda dengan marah. “Kenapa dia bisa berkata seperti itu, kepadaku, Aku sangat kecewa kepada Rany.”,kata bunga keluar dengan suara pelan.

“Bunga sudahlah jangan menangis”, ujarVina.

“Iya..jangan kau simpan dalam hati kata-kata Rany itu.”, kataku dengan pelan memegang pundak Rany

“Tapi, kata kata Rany sangat menyakitkan hatiku.Tanpa aku ingat,kata-katanya selalu muncul. Aku sangat kecewa kepada dia”, ujar Bunga dengan menangis tersedu sedu.

Vina mengajak aku untuk segera menyusul Rani.Akupun pergi dengan Vina. Aku danVina merayu Rany agar ia minta maaf kepada Bunga. Kami pun berhasil merayu Rany agar minta maaf kepada Bunga. Akhirnya Rany meminta maaf.

“Bunga, aku minta maaf atas kesalahan yang aku perbuat. Aku sunguh sangat menyesali. Aku minta maaf Bunga. Aku minta maaf”, ujar Rany dengan rasa malu dan menyesal.

“Maaf atas kesalahanku Bunga…...,Aku tadi  hanya memikirkan diriku sendiri. Aku sangat egois”, ujar Rani sambil menangis.dengan penu sesal

“Sudah sudah Rany Aku memaafkanmu, tapi lain kali jaga ego mu saat sedang marah ya? Agar orang orang yang berada disekitarmu tidak merasa tersakiti ”, kata Bunga.

Kami berlimapun menangis dan berpelukan. Kami juga sudah berusaha agar kejadian ini tidak terulang kembali. Akhirnya, kalung Rany itu ditemukan oleh ustadzah.Ternyata yang mencuri kalung itu adalahFena. Dia adalah temanku yang ingin memiliki kalung seperti Rany. Ranypun memaafkan Fena. Karena masalah ini kami belimapun akhirnya dapat memiliki pengalaman dari kejadian kejadian ini kami berlimapun sepakat untuk membuat puisi berjudul “Sadari Persahabatan”.Aku sangat berterima kasih kepada Ayahku yang telah memberiku yang terbaik.

Aku sangat mencintaimu Ayah.Betapa indah pesantrenku. Aku sangat menyukainya.Terima kasih Ayah, terima kasih pesantrenku.I Love U Pesantrenku.

SADARI PERSAHABATAN

Tidak aku sangka

Dunia ini penuh kejutan

Hanya satu perkataan

Akan ada kata lain

 

 

Aku sungguh sangat egois

Hanya mementikandiriku

Semua menjadi kacau

Dengan perkataanku

Aku sadar ……

 

Aku ingin memutarwaktu

Betapa penting persahabatan

Dari pada diriku sendiri

 

Sahabatku pesantrenku

Aku menyukaimu

Pesantrenku terbaik

Aku akan tetap sadar

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment