HIKAYAT SANG ABDUL HAKIM
Aisyah Amirotul Adzkiyah VIII A

By Redaktur 23 Jan 2019, 09:38:10 WIB Tulisan Siswa

HIKAYAT SANG ABDUL HAKIM

(Aisyah Amirotul Adzkiyah VIII A)

 

Baca Lainnya :

Suatu hari ada seseorang yang bernama ”Abdul Hakim”. Beliau saat itu sedang berburu di hutan. Ditengah-tengah hutan, tiba-tiba ia mendengar keributan yang membuat ia menghampiri keributan itu. Ternyata ada 2 orang disana,  satunya berpawakan gagah perkasa sedang menebang pohon dan yang satunya lagi berpawakan kurus pendek. Si kurus terus berteriak semangat. Akhirnya Abdul Hakim pun menghampiri si kurus dan bertanya, “Apa yang engkau lakukan?.’’ Si kurus pun menjawab, ”Aku sedang memberi semangat kepada orang gagah itu. ”Selepas itu Abdul Hakim pun meninggalkan kedua orang tersebut.

Keesokan harinya, ia dipanggil oleh raja untuk menghadap ke istana. Sesampainya disana, dia dikejutkan dengan kehadiran 2 orang yang dijumpainya kemarin.”Aku butuh dirimu wahai Abdul Hakim, bukankah engkau orang yang sangat pintar?”,kata sang raja. Abdul Hakim pun menjawab, ”Baiklah, ceritakan padaku apa permasalahannya. ”Raja pun menceritakan semuanya. ”Begini…, aku kemarin mengutus orang gagah ini menebang 40 pohon untukku. Tiba-tiba orang kurus ini muncul dan meminta untuk ikut,ia pun kuperbolehkan ikut. Sekarang pekerjaannya sudah selesai dan mereka meminta upah.Setelah itu kuberi satu nampan emas kepada kedua orang ini untuk dibagi sama rata. Namun, orang kurus ini meminta upah yang lebih banyak. Bagaimana menurutmu wahai Abdul Hakim?”, tanya sang raja.

Selepas berpikir sejenak, akhirnya Abdul Hakim menemukan jawabannya, ”Bawa semua emas itu kesini!”. Wadah emas tadi dibawa Abdul Hakim kehadapan si kurus lalu dijatuhkan hingga berbunyi “crikk” dihadapannya.Kemudian diambil lagi dan diberikan kepada orang gagah.Si kurus berkata,”Mana upahku?!,”dan dijawab oleh Abdul Hakim, ”Nah, bunyi tadi itulah upah untukmu karena saat orang gagah ini bekerja keras menebang pohon, engkau malah membuat keributan di sana. Sang raja tersenyum mendengar jawaban Abdul Hakim sehingga iamendapat seikat emas dari raja.

Abdul Hakim pulang dengan hati penuh gembira mendapatkan hadiah dari raja.Emas tadipun ia gunakan untuk membeli panah untuk berjaga-jaga mungkin rumahnya didatangi maling. Sesampainya di rumah, ia melihat istrinya sedang menangis sambil menggendong anaknya. ”Ada apa wahai istriku ?Lihatlah, aku membawa panah baru ini untuk menjagamu dan anak kita”, ujarnya.Namun, istrinya tadi tidak menjawab apa-apa dan tetap menangis. Setelah beberapa saat menangis, akhirnya sang istri pun berkata, “Apa yang engkau lakukan! Lihatlah anakmu ini kelaparan karena tidak ada satupun makanan yang bisa dimakan. Sekarang, kau malah membeli panah yang tidak berguna ini?! Bukankah panah lamamu masih kau simpan?dapat  darimana kau uang sebanyak itu?!.’’ Dengan gugup Abdul Hakim pun menjawab, “Tadi pagi aku terburu-burukarena mendapat panggilan dari raja dan setelah menyelesaikan permasalahan di sana aku diberi upeti. Kupikir kau akan senang melihatku bisa menjaga dirimu dan anak kita dengan membeli panah baru ini.” ‘’Sudahlah jangan basa-basi, sekarang jual saja panah itu dan uangnya kau buat untuk membeli   buah-buahan dan sayur-sayuan di pasar!CEPAT…!”, perintah sang istri.

Tanpa berfikir lagi akhirnya Abdul Hakim pun berlari pergi ke pasar. Sesampainya disana, ia langsung menuju ke toko peralatan perang. “Aku ingin menjual lagi panah yang tidak berguna ini!”. ”Berapa emas yang kau inginkan untuk panah ini?”,kata si penjual. “15 keping emas.”ujar Abdul Hakim.  Setelah emas diberikan lalu ia pun kembali lari menuju toko buah-buahan. “Aku ingin membeli buah-buahan ini, berapa setengah kilonya?” kata Abdul Hakim, “2,5 keping emas harganya” kata sang penjual. ”Baiklah, saya beli 1 kilo, ini uangnya.” Selepas buah-buahan diberikan dilanjutkan ia kembali lari menuju toko sayur dan bertanya, “Berapa harga sayur ini?.’’Lalu dijawab oleh si penjual, “3 keping emas.’’”Baiklah, saya beli 6 keping emas sayur-sayuran ini.”

Setelah semua buah dan sayur dibeli, Abdul Hakim pun kembali ke rumah dengan terburu-buru. Sesampainya di rumah, ia pun menghampiri istrinya dan berkata, “Istriku, ini buah dan sayurannya. Masaklah supaya anak kita bisa makan, berikan dia padaku.” Kemudian sang istri pergi menuju dapur untuk memasak makanan. Selepas beberapa menit menunggu, akhirnya makanan pun sudah siap.“Ini makanan untukmu, sekarang berikan anak kita biarkan aku menyuapinya.” Anaknya pun ia berikan pada istrinya dan Abdul Hakim pun makan dengan ketakutan seteleh dimarahi oleh istrinya.

Saat makan, terpikir dalam pikirannya rasa iba terhadap istrinya. Sebelumnya sang istri marah-marah karena kecerobohannya, lalu memasak untuknya dan anak mereka. Setelah selesai makan dan mengambil sepiring nasi dan lauk, Abdul Hakim pun menghampiri sang istri  dan berkata, “Wahai istriku, maafkan suamimu ini yang telah membuatmu dan anak kita kelaparan. Sekarang makanlah, bukankah dirimu belum makan?Biarkan anak kita bermain denganku supaya kau bisa makan.”Baiklah, terima kasih suamiku karena telah memperhatikanku.Walau kau sedikit ceroboh, tapiku tetap menyayangimu karena kau adalah suami terbaik dalam hidupku.”




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment